GLOSSARY MICRO ECONOMICS
7:33:00 PM
GLOSSARY MICRO ECONOMICS
(By : P. Eko Prasetyo)
A.
Dasar
Pengertian Ekonomi :
1. Economics
(Ilmu Ekonomi) : Ilmu yang
mempelajari usaha masyarakat untuk memilih dari berbagai alternatif penggunaan
sumber daya produktif masyarakat yang jumlahnya terbatas untuk memproduksi
barang dan mengkonsumsi serta mendistribusikanya guna mencapai kemakmuran.
2. Science
or Knowledge
(Ilmu atau Pengetahuan) :
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang bersifat menjelaskan
berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan
untuk mengusai gejala tersebut karena berdasarkan penjelasan yang ada.
3.
Positive Economics
(Ilmu
Ekonomi Positip) : Studi mengenai apa, dan atau bagaimana
masalah -malasah ekonomi yang dihadapi masyarakat itu sebenarnya dapat
diselesaikan sebagaimana adanya ilmu itu (das Sein)
4.
Normative Economics
(Ilmu
Ekonomi Normatif) : Studi mengenai apa yang seharusnya atau
bagaimana masalah-masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat seharusnya
diselesaikan, atau studi tentang petunjuk- petunuk apa yang secara moral seharusnya
pantas dilakukan manusia (das Sollen).
5.
Economic Theory
(Teori
Ekonomi) : Merupakan
pengetahuan ilmiah yang mencangkup penjelasan mengenai sektor tertentu dari
sebuah disiplin keilmuan ekonomi, atau menjelaskan dan meramalkan tentang apa
dan bagaimana peristiwa tertentu terjadi.
6.
Micro Economic
(Ekonomi Mikro) :
Bagian dari teori ekonomi yang membahas perilaku konsumen atau prilaku produsen
secara individual.
7.
Macro Economic
(Ekonomi
Makro) : Bagian dari
teori ekonomi yang membahas prilaku kemasyarakat sebagai satu kesatuan secara
agregatif (keseluruhan) dalam mencari kemakmuran bangsa.
8.
Economics Problems
(Masalah-masalah Ekonomi) :
Masalah-masalah ekonomi timbul karena adanya faktor kelangkaan (Scarce) sumberdaya, sehingga keinginan
manusia hanya dapat dipenuhi dengan pengorbanan. Masalah-masalah pokok dalam
Ekonomi adalah ; Konsumsi, Produksi, Distribusi serta Pertukaran dan
Pertumbuhan sepanjang waktu.
9.
Demand
(Permintaan) : Berbagai kuantitas
(jumlah) yang diminta pada berbagai tingkat
harga.
10. Supply
(Penawaran) : Berbagai
kuantitas (jumlah) yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Perilaku Konsumen
1.
Change in Demand
(Perubahan permintaan) : Pergeseran seluruh kurva permintaan suatu
komoditi yang disebabkan oleh perubahan pendapatan nominal individu, selera,
atau harga komoditi lain, dsb.
2.
Change in the Quantity Demand
(Perubahan Jml yg diminta) : Pergeseran sepanjang kurva permintaan tertentu
untuk suatu komoditi akibat adanya perubahan harga barang tersebut.
3.
Change in Supply
(Perubahan permintaan) : Pergeseran seluruh kurva penawaran suatu
komoditi yang disebabkan oleh perubahan teknologi, harga input yang diperlukan
untuk memproduksi komoditi itu,
pendapatan produsen, dll.
4.
Change in the Quantity Supplay
(Perub
Jml yg ditawarkan) : Pergeseran sepanjang kurva penawaran tertentu
untuk suatu komoditi akibat adanya perubahan harga dari komoditi tersebut.
5.
Law of Demand
(Hukum
Permintaan) : Hubungan terbalik antara harga dengan jumlah
yang diminta yang tercermin dalam kemiringan negatif dari kurva permintaan itu.
Dengan kata lain ; Jika harga naik, maka jumlah yang diminta akan turun dengan
asumsi hal-hal lain tetap (ceteris
paribus).
6.
Law of Supply
(Hukum Penawaran) :
Hubungan searah antara harga dengan jumlah yang ditawarkan yang
tercermin dalam kemiringan positip dari kurva penawaran komoditi itu. Dengan
kata lain ; jika harga naik, maka jumlah yang ditawarkan akan naik dengan
asumsi ceretis paribus.
7.
Equilibrium
(Ekuilibrium) : Titik keseimbangan, atau kondisi pasar yang
sekali dicapai dapat dicapai dan cenderung untuk bertahan. Misalkan ; kondisi
ini terjadi jika jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah yang
ditawarkan.
8.
Stable Equilibrium
(Ekuilibrium stabil) : Jenis ekuilbrium di mana jika tiap ada
terjadi suatu kemungkinan penyimpangan dari titik ekuilibrium itu akan
menggerakan kekuatan-kekuatan pasar dan mendorong pasar untuk kembali ke dalam
kondisi ekulibriumnya.
9.
Unstable Equilibrium
(Ekuilibrium tidak stabil) : Jenis ekuilbrium di mana tiap ada
penyimpangan dari titik ekuilibrium itu akan menggerakan kekuatan-kekuatan
pasar dan mendorong pasar lebih jauh dari kondisi ekulibriumnya.
10. General Equilibrium
(Ekuilibrium Umum) : Keseimbangan yang berlaku di semua sektor.
11. Partial Equilibrium
(Ekuilibrium Parsial) : Keseimbangan yang terjadi pada sesuatu sektor
ttt.
12. Optimum
(Titik
optimal) : Titik
maksimum yang sudah/telah memperhitungkan berbagai kendala yang ada, maka
tujuan terbaik adalah penyelesaian optimal (optimal solution).
1.
Budget Constraint Line
(Garis
kendala anggaran) : Garis yang
memperlihatkan semua kombinasi yang berlainan dari dua komoditi yang dapat
dibeli seorang konsumen, dibatasi oleh pendapatan nominal tertentu, dan harga-harga dari
komoditi itu.
2.
Consumer Equlibrium
(Ekuilibrium Konsumen) :
Titik keseimbangan dimana seorang konsumen memaksimumkan utilitas atau kepuasan
total, yang dibatasi oleh pendapatan tertentu dan kendala harga.
3.
Consumer’s Demand Curve
(Kurva Permintaan Konsumen) : Kurva yang menunjukkan jumlah utility yang
akan dibeli pada berbagai tingkat harga , (ceteris
paribus).
4.
Total Utility
(Kegunaan Total) : Kepuasan menyeluruh yang diterima oleh
individu (konsumen/produsen) dari mengkonsumsi sejumlah tertentu komoditi atau
barang per unit waktu.
5.
Marginal Utility (MU)
(Kegunaan Tambahan) : Perubahan utiliti total per unit perubahan
dalam jumlah komoditi yang dikonsumsi per unit waktu, atau tambahan daya guna
sebagai akibat dari tambahan konsumsi satu unit barang. Marginal Utility sering
disebut juga Kardinal Utility, yaitu daya guna yang besarnya dapat
diukur secara absolut.
6.
Indifference Curve (IC)
(Kurva
Indiferen/tak acuh) : Kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi
dari dua komoditi yang menghasilkan utilitas atau kepuasan yang sama kepada
konsumen. Kurva indiferen ini sering disebut juga sebagai Utility Ordinal,
yakni ; daya guna yang hanya dapat diukur secara ordinal.
7.
Deman Function
(Fungsi
permintaan) : Merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan
antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Misalkan QDx = ¦ (Px, Pa - Pz,
C, S, I, JK).
8.
Supply Function
(Fungsi
Penawaran) : Persamaan yang
menunjukkan hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari suatu barang dengan
semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Misalkan QSx
= ¦ (Px, Pa – Pz,
Teknologi, Jumlah Input, Tax)
9.
Consumer’s Surplus
(Surplus Konsumen) : Besarnya penghematan konsumen yang sebenarnya
diterima karena sesungguhnya ia berani membeli barang pada tingkat harga yang
lebih tinggi daripada tingkat harga ekulibrium itu. Pendek kata, surplus konsumen berarti
kelebihan atau keuntungan netto (dalam bentuk kepuasan ; bisa berupa uang atau
barang) yang dapat diterima oleh konsumen.
10. Produsen Surplus
(Surplus Produsen) : Besarnya keuntungan yang diterima produsen
karena sebenaranya dia bersedia menerima harga yang lebih rendah daripada harag
ekulibrium atau harga pasar.
11. Engel Curve
(Kurva
Engel) : Kurva yang menunjukkan jumlah komoditi yang
akan dibeli oleh konsumen per unit waktu pada berbagai tingkat pendapatan.
12. Substitution Effect
(Efek
Substitusi) : Pengaruh penggantian oleh barang yang relatif
lebih murah terhadap barang yang relatif lebih mahal. Dengan kata lain, Jika
harga naik, maka akan ada efek penggantian ke komoditi lain yang serupa dan
dengan harga yang lebih murah.
13. Income Effect
(Efek Pendapatan) :
Pengaruh perubahan pendapatan pada kuantitas yang diminta. Dengan kata
lain, kenaikan jumlah pembelian suatu barang/komoditi saat harga barang itu
turun, sehingga seoalah-olah pendapatan riil menjadi naik.
14. Income Consumption Curve (ICC)
(Kurva Konsumsi Pendapatan) : Tempat
titik-titik ekulibrium konsumen tercapai jika hanya pendapatan konsumen yang
berubah.
15. Price Consumption Curve (PCC)
(Kurva
Konsumsi Harga) : Tempat
titik-titik ekulibrium konsumen tercapai jika hanya harga komoditi itu yang
berubah / bervariasi.
16. Principle of Diminishing
Marginal Utility
(Prinsip MU semakin berkurang) :
Konsep yang menyatakan bahwa semakin banyak unit komoditi atau barang
yang dikonsumsi oleh individu per unit waktu, maka utility total (TU) yang
diperoleh akan meningkat, tetapi unit tambahan atau marginal utility (MU)
menurun.
17. Marginal Rate of
Substitution (MRS)
(Tingkat Substitusi Marginal) :
Tingkat Substitusi Marginal (MRSXY) adalah jumlah komoditi Y
yang bersedia dikorbankan oleh seorang konsumen untuk memperoleh satu unit
tambahan komoditi X (dan tetap pada kurva indiferen yang semula atau sama).
18. Elasticity
(Elastisitas / Kepekaan) : Elastisitas merupakan ukuran derajat
kepekaan. Di mana salah satu
karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan pasar adalah derajat
kepekaan, misalkan jumlah permintaan terhadap perubahan dari salah satu faktor
yang mempengaruhinya.
19. Price Elasticity of Demand (eD)
(Elastisitas harga
permintaan) : Rasio, persentase jumlah barang yang diminta
per satuan unit waktu terhadap persentase perubahan harga barang itu. Jika e > 1, permintaan adalah elastis ;
jika e < 1, permintaan tidak elastis (inelastis) ; jika e = 1,
permintaan adalah elastis uniter atau tunggal (Unitary Elasticity) ; jika e
= 0, permintaan inelastisitas sempurna dan jika e = ~ maka permintan elastisitas sempurna.
20. Price Elasticity of Supply
(eS)
(Elastisitas harga
penawaran) : Rasio, persentase jumlah barang yang
ditawarkan per satuan unit waktu terhadap persentase perubahan harga barang
itu. Jika e > 1, penawaran adalah
elastis ; jika e < 1, penawaran tidak elastis (inelastis) ; dan jika e = 1,
penawaran adalah elastis uniter dst.
21. Arc Elasticity of Demand
(Elastisitas busur dari permintaan) :
Koefisien elastisitas harga permintaan antara dua titik pada suatu kurva
permintaan.
22. Cross Elasticity of Demand
(exy)
(Elastisitas Silang dari permintaan) :
Rasio, persentase perubahan jumlah barang (X) yang dibeli per satuan
unit waktu terhadap persentase perubahan harga barang (Y). Jika exy
> 0, maka X dan Y barang substitusi ; jika exy < 0, maka X dan Y
adalah barang komplementer ; dan
jika exy = 0, maka X dan Y
tidak berhubungan (bebas).
23. Point Elasticity of
Demand
(Elastisitas
Titik dari permintaan) :
Koefisien elastisitas harga permintaan pada suatu titik tertentu pada
kurva permintaan yang dikehendaki.
24. Income Elasticity
(Elastisitas pendapatan) : Rasio, persentase perubahan permintaan akan
suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (Income) riil konsumen
dengan satu satuan persen.
25. Income Elasticity of Demand
(eM)
(Elastisitas Income dr permintaan) :
Rasio, persentase perubahan jumlah barang yang dibeli per satuan unit
waktu terhadap persentase perubahan pendapatan konsumen. Jika eM
> 0, maka komoditi itu adalah barang normal ; jika eM < 0, maka komoditi
itu adalah barang inferior (bermutu rendah) ; dan jika eM
> 1, maka komoditi itu adalah
barang mewah ; dan jika 0 < eM < 1, maka barang itu
adalah barang kebutuhan pokok.
26. Saturation Point
(Titik
Jenuh) : Titik di mana utilitas total yang diterima
oleh individu dari mengkonsumsi suatu barang adalah maksimum dan utilitas
marginal adalah nol. Misalkan ; titik jenuh terjadi pada saat TU maksimum, dan
MU = nol.
27. Disutility of Disposing
(Kebosanan Konsumen) :
Disutility of disposing ini terjadi setelah konsumen mengalami titik jenuh,
sehingga tidak dapat lagi memanfaatkan barang tersebut untuk apa akibatnya
mengalami kebosanan (disutility of disposing).
28. Transitivity
(Transitivitas) :
Jika A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih
disukai daripada C.
29. Indifferent
(Kesamaan Kepuasan) : Sikap preferensi konsumen yang menganggap
semua pilihannya terhadap berbagai barang adalah sama.
30. Consistency
(Kosistensi) :
Jika seorang konsumen yang diamati lebih menyukai kombinasi A daripada B, maka
dia tidak akan pernah lebih menyukai B daripada A.
31. Theory of Revealed
Preferency
(Preferensi yang terungkap) : Preferensi konsumen dapat diduga (kurva indiferenya dapat
diperoleh) dari sejumlah pengamatan yang cukup atas pilihan atau pun
pembelian di pasar.
32. Hicksian Substitution
Effeect
(Efek
Substitusi Hicks) : Perubahan jumlah barang yang diminta akibat
adanya perubahan harga, sementara pendapatan riil yang dipertahankan konstan
dan dengan mempertahankan pada kurva indiferen (kepuasan sama) yang semula
sebelum dan sesudah perubahan harga.
33. Slutky Substitution Effeect
(Efek
Substitusi Slutky) : Perubahan jumlah barang yang diminta akibat
adanya perubahan harga, sementara pendapatan riil yang dipertahankan konstan
dalam pengertian bahwa konsumen dapat kalau mau, membeli kombinasi barang yang
sama setelah perubahan harga, sebagaimana konsumen itu melakukannya sebelum
perubahan harga.
34. Pareto Optimal
(Vilfredo Pareto’s Ekonom
Itali) : Pareto optimal adalah suatu posisi optimal
yang jika dirubah justru akan mengurangi kepusan masyarakat. Sementara Pareto inferior adalah suatu posisi
yang jika dirubah akan menaikan kepusan masyarakat. Sedangkan Pareto Superior
merupakan suatu posisi perekonomian yang jika dirubah akan menurunkan kepuasan
individu, tetapi belum mencapai kepuasan masyarakat.
35. Economic Wealth
(Kekayaan Ekonomi) : Wealth atau kekayaan adalah segala
sesuatu yang berguna serta yang dimiliki oleh manusia. Secara khusus dapat berarti the
national wealth (kekayan nasional), yaitu sumber-daya total suatu
negara, maka wealth adalah obyek-obyek material, yang ekstern bagi manusia
yang bersifat ; berguna, dapat dicapai dan langka. Kebayakan ahli ekonomi tidak menggolongkan
dalam istilah “wealth” hak milik atas harta kekayaan, misalnya saham-saham,
obligasi, surat-surat hipotik, karena dokumen-dokumen tersebut dianggap sebagai
bukti hak milik atas kekayaan jadi bukanlah kekayaan itu sendiri. Di sisi lain ada yang berpendapat hak-hak
demikian dimasukan kedalam konsep kekayaan (wealth), karena cara atau
tingkat hak milik dapat dibagi, dan dapat mempengaruhi kekayaan tersebut. Akan tetapi ada pihak tertentu yang
berpendapat bahwa uang sebagai jenis khusus dari kekayaan. Hal ini disebabkan
karena uang bersifat ekstrem bagi manusia , dapat dicapai, yang relatif jarang
terdapat dan berguna secara tidak langsung sebagai alat tukar menukar. Jenis-jenis kekayaan seperti inilah yang
sering dianggap sebagai economic wealth.
36. Welfare Economics
(Ekonomi
Kesejahteraan) : Bagian ilmu ekonomi yang menekankan
kesejahteraan bagi rakyat seluruhnya. Sebuah sistem teoritik ilmu ekonomi yang
menganalisis data ekonomi guna memaksimisasi kesejahteraan hidup umat manusia
seluruhnya dan bukan hanya mempersoalkan memaksimisasi laba si pengusaha. Tujuan akhir dari masyarakat /negara manapun
adalah kesejahteraan.
C. Perilaku Produsen
:
1.
Production Function
(Fungsi
Produksi) : Suatu persamaan, matematik, tabel, atau
gambar yang menunjukkan jumlah (maksimum) suatu barang, yang dapat diproduksi
per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif, jika menggunakan teknik
produksi terbaik yang tersedia. Dengan
kata lain dapat diartikan sebagai hubungan teknis antara input dan output di
mana output tergantung pada input. Misalkan : Qx = ¦
( Tanah, TK, Capital, Teknologi).
2.
Production Proces
(Proses
Produksi) : Kombinasi-kombinasi input yang merupakan
kelipatan tertentu sesuai dengan kelipatan output.
3.
Produser Equlibrium
(Ekulibrium Produsen) :
Titik di mana seorang produsen memaksimumkan outputnya dengan pengeluran total
yang tertentu, atau kombinasi input yang biayanya paling rendah (murah) untuk
suatu jumlah produk tertentu.
4.
Average Product (AP)
(Produk
Rata-rata) : Produksi per satu unit input, atau produk
total (TP) dibagi dengan jumlah unit input yang digunakan.
5.
Marginal Product (MP)
(Produk
Marginal) : Tambahan produk sebagai akibat dari tambahan
input atau perubahan produk total per unit perubahan jumlah salah satu input
yang digunakan.
6.
Law of Diminishing Returns
(Hasil lebih yang makin berkurang) : Hukum
penambahan produk yang semakin menurun ini terjadi bila lebih banyak unit input
yang digunakan per unit waktu di mana jumlah input lain tetap, produk marginal
dari input variabel itu menurun setelah melewati satu titik maksimum.
7.
Increasing Return to Scale
(Hasil lebih yang makin menaik) :
Hukum penambahan output (hasil) yang semakin naik sebagai akibat dari
tambahan penggunaan input. Kaus ini
terjadi jika di mana output bertambah dengan proporsi yang lebih besar daripada
input.
8.
Constan Return to Scale
(Hasil
lebih yang konstan) : Hasil lebih yang konstan atas skala produksi
ini terjadi bila semua input naik dalam proporsi tertentu dan output yang
diproduksi naik dalam proporsi yang tetap sama seperti kenaikan semula.
9.
Decreasing Return to Scale
(Hasil lebih yang makin berkurang) : Hasil
lebih yang makin berkurang atas skala produksi ini terjadi jika output
bertambah dengan proporsi yang lebih kecil daripada input.
10. Inflection Point
(Titik
Belok) : Titik berubahnya lereng dari suatu fungsi
atau titik belok pada suatu kurva produksi total (TP) ini terjadi pada saat
marginal produk (MP) mencapai titik maksimum. Di mana kurva produksi total
berubah (berbalik) dari cekung ke atas menjadi berubah kecekung ke bawah
(cembung).
11. Production Possibility Curve
(Kurva Kemungkinan Produksi) : Kurva
kemungkinan produksi ini ada yang sifatnya jangka pendek (short run) dan jangka
panjang (long run), bentuknya ada yang constan, increasing serta
descreasing ; kondisinya tergantung pada sifat dan jenis input variabel yang
digunakannya.
12. Isocost
(Biaya yang sama) : Kurva yang menunjukkan semua kombinasi yang
berbeda dari input yang dapat dibeli atau digunakan produsen, dengan
pengeluaran total dan harga-harga input yang tertentu.
13. Isoquant
(Output
yang sama) : Menunjukkan berbagai kombinasi input variabel
yang menghasilkan output dalam kuantitas yang sama, atau kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi yang berbeda dari dua input variabel yang dapat digunakan
oleh produsen untuk memproduksi jumlah output tertentu yang dikehendakinya.
14. Isocline
(Garis
batas pada isokuan) : Tempat
titik-titik pada berbagai isokuan di mana tingkat substitusi input marginal
dari faktor produksi atau kemiringannya (slope)
adalah konstan.
15. Redge Line of Substitution
(Batas kemampuan penggantian) : Batas kemampuan seorang produsen
(perusahaan) untuk menggantikan suatu input terhadap input yang lain. Ukuran dari penggantian suatu input tertentu
ini biasanya adalah rasio produktivitas, yakni kemampuan produktif dari suatu
input tertentu yang diukur.
16. Marginal Rate of Technical Substitution (MRTSLC)
(Tingk Substitusi input
variabel) : Kemampuan menggantikan input yang satu
terhadap input yang lain. Di mana jumlah input yang bersedia dikorbankan oleh
perusahann (produsen) untuk menaikan jumlah input lain sebesar satu unit dan
tetap berada pada isokuan yang sama.
17. Expansion Path
(Jalur
Perluasan/ekspansi) : Tempat
titik-titik ekuilbrium produsen akibat adanya perubahan pengeluaran total
harga-harga faktor produksi yang dipertahankan konstan.
18. Technical Progress
(Teknik Produksi) : Cara pengkombinasian penggunaan input
produksi yang minimum untuk menghasilkan output tertentu.
19. Economics of Scale
(Skala Ekonomis) : Penghematan sebagai akibat
perluasan produksi. Salah satu cirinya
biasanya nampak pada suatu keadaan di mana skala biaya rata-rata produksi turun
secara terus menerus sehingga dapat dikatakan biaya-biaya produksi akan semakin
murah karena efisien dalam berproduksi.
20. Diseconomics of Scale
(Skala Ekonomis) : Pemborosan sebagai akibat
terlalu banyaknya produksi. Cirinya nampak pada suatu keadaan di mana skala
biaya rata-rata produksi naik secara terus menerus sehingga biaya-baiya
produksi menjadi mahal karena tidak efisien dalam berproduksi.
C. Fungsi
Cost dan Revenue :
1.
Cost
(Biaya
atau Beban) : Beban yang tidak dapat dihindari yang diukur
dengan uang dan biasanya dapat diketahui terlebih dulu.
2.
Privat Cost
(Biaya
Perusahaan) : Biaya-biaya
yang berlaku bagi perusahaan (produsen).
3.
Social Cost
(Biaya Sosial) : Biaya-biaya yang harus
ditanggung oleh masyarakat
4.
Internal Cost
(Biaya
intern) : Beban
intern perusahaan (Gaji dan biaya input lainnya)
5.
External Cost
(Biaya
eksternal) : Biaya yang ditanggung oleh pihak di luar perusahaan (yakni termasuk subsidi
pemerintah dan biaya sosial).
6.
Explicit Cost
(Biaya
Eksplisit) : Biaya atau pengeluaran perusahaan yang
sebenarnya hanya untuk membeli atau menyewa input-input yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Jenis biaya ini yang oleh akuntan dikategorikan sebagai pengeluaran.
Misal ; pembelian bahan mentah, barang setengah jadi, gaji karyawan, “overhead”
dan penyusutan.
7.
Implicit Cost
(Biaya
implisit) : Nilai input yang dimiliki dan yang digunakan
oleh perusahaan dalam proses produksi. Misalkan ; biaya dari investasi pabrik,
gaji pemilik, peralatan dan cadangannya (inventori). Dengan kata lain, biaya
implisit biasanya merupakan bagian dari ongkos atau biaya perusahaan, tetapi
sering dianggap bukan sebagai pengeluaran oleh perusahaan/akuntan.
8.
Cost Curves
(Kurva biaya) : Kurva yg menunjukkan biaya minimum dari
berbagai tingkat output.
9.
Total Fixed Costs (TFC)
(Biaya
Tetap Total) : Kewajiban total yang dibebankan pada
perusahaan per unit waktu untuk semua input tetap.
10. Total Variable Cost (TVC)
(Biaya Variabel
Total) : Kewajiban total yang dibebankan pada
perusahaan per unit waktu untuk semua input variabel yang digunakan oleh
perusahaan.
11. Total Cost (TC)
(Biaya
Total) : Jumlah dari biaya tetap total ditambah dengan
biaya variabel total.
12. Average Fixed Cost (AFC)
(Biaya
Tetap Rata-rata) : Biaya tetap total dibagi dengan output
13. Average Variable Cost (AVC)
(Biaya
Tetap Rata-rata) : Biaya variabel total dibagi dengan output
14. Average Total Cost (AC)
(Biaya
Rata-rata) : Biaya total dibagi dengan output atau biaya
tetap rata-rata ditambah biaya variabel rata-rata.
15. Marginal Cost (MC)
(Biaya
Marginal) : Perubahan biaya total atau biaya variabel
total per unit perubahan output.
Kenaikan TC yang diakibatkan oleh tambahan satu unit output yang
diproduksinya.
16. Long-run Total Cost (LTC)
(Biaya
Total Jangka Panjang) : Menunjukkan biaya total minimum dari
memproduksi tiap tingkat output bila setiap skala operasi yang diinginkan dapat
dibangun (dicapai).
17. Long-run Average Cost (LAC)
(Biaya Rata-rata jk panjang) : Menunjukkan biaya per unit minimum dari
memproduksi tiap tingkat output bila setiap skala operasi yang diinginkan dapat
dibangun.
18. Long-run Marginal Cost (LMC)
(Biaya
Rata-rata) : Mengukur perubahan biaya total jangka panjang
per unit perubahan output.
19. Revenue
(Penerimaan) : Penerimaan perusahan dari hasil penjulan
outputnya.
20. Total Revenue (TR)
(Penerimaan Total) :
Seluruh (total) penerimaan perusahan dari hasil penjulan outputnya, atau harga
dikalikan outputnya.
21. Average Revenue (AR)
(Penerimaan Rata-rata) : Penerimaan produsen per unit output yang
dijual.
22. Marginal Revenue (MR)
(Penerimaan Marginal) :
Kenaikan dari total revenue (TR) yang disebabkan oleh tambahan penjualan
satu (1) unit output, atau perubahan TR karena adanya perubahan jumlah yang
terjual sebayak satu unit.
23. Profit
(Keuntungan) :
Kelebihan. Kelebihan yang diterima perusahaan akibat harga produksi yang
dijual lebih besar daripada biaya total rata-rata, atau kelebihan diterima
karena total revenue (TR) lebih besar daripada total cost (TC).
D. Harga dan
Pasar :
24. Price
(Harga) :
Jumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu kesatuan benda tertentu.
25. Price Control
(Pengendalian Harga) : Pengendalian harga yang dilakukan
pemerintah, dengan jalan menetapkan suatu harga maksimum, untuk barang dan jasa
tertentu. Tindakan control harga ini dapat bersifat selektif atau universal.
26. Price Discrimination
(Diskriminasi Harga) : Suatu usaha/cara untuk mencegah diperlakukanya
konsumen dengan cara sama mengenai soal harga. Misalkan ; dengan cara menjual
produk sama, pada dua negara/tempat dengan harga-harga yang berbeda. Cara
diskriminasi harga ini biasanya sering dilakukan oleh monopoli, karena
syarat-syarat bagi diskriminasi harga biasanya posisi yang kurang lebih
monopolistik dan pasar-pasar terpisah, tujuannya untuk memperbesar profit,
misalkan dumping.
27. Price War
(Perang Harga) : Cara menurunkan harga yang dilakukan seorang
penjual demikian rupa sehinga penjual yang lain mengikutinya, biasanya terjadai
dalam waktu lama.
28. Price Policy
(Politik Harga) : Usaha seorang pengusaha untuk menetapkan harga
benda-benda/jasa-jasa yang akan dijualnya (dalam batas kekuasaannya) sesuai
dengan keadaan nyata.
Ada
beberapa cara politik harga :
1). One-Price Policy :
Benda-benda sejenis, serta yang bermutu sama, dijual
dengan satu harga pada pembeli.
2). Variable Price Policy :
Untuk golongan pembeli tertentu, ditetapkan
harga-harga penjualan yang berbeda dalam hal mana diperhatikan faktor-faktor
kedudukan sosial dan taraf hidupnya.
3). Odd Price Policy :
Penetapan harga secara “psikologik” Misalkan benda
atau barang X dijual dengan harga Rp9.999,99
4). Discount
Policy :
Pemberian potongan-potongan (rabat-korting), kepada
para pembeli yang membeli secara kontan dan atau membeli dalam jumlah besar.
29. Price System
(Sistem Harga) : Sistem di mana jenis serta kuantitas
barang-barang ekonomi yang dihasilkan, ditentukan oleh harga yang suka dibayar oleh
konsumen/individu secara kolektif, sedangkan alokasi sebenarnya barang-barang
itu dideterminasi oleh kemampuan para konsumen secara individual untuk membayar
harga tersebut.
30. Price
Out of the Market
(Harga yang terlampau tingi) : Sebuah istilah populer bagi sebuah
struktur harga yang demikian tinggi hingga barang-barang tidak dapat dijual
pada pasar di mana barang-brang itu dijual.
31. Price Level, General
(Tingkat harga umum) : Rata-rata semua harga. Rata-rata ini
biasanya berupa indeks harga. Perbandingan rata-rata ini untuk tahun tertentu
saja, dan dengan rata-rata sama untuk tahun lain berarti menunjukkan perubahan
tingkat harga.
32. Price Leadership
(Kepemimpinan harga) : Jika dalam industri-industri tertentu
yang menghasilkan produk yang hampir sama (serupa), maka lazim bagi semua
produsen untuk dipimpin oleh seorang “pemimpin” dalam menaikan/menurunkan
harga. Hal ini biasanya dilakukan oleh
seorang setter, maka sering dikenal dengan price setter (perusahaan yang
mempunyai kemampuan untuk menentukan harga). Lawannya dari price setter adalah price
taker (perusahaan yang hanya mampu mengikuti harga yang ditetapkan
oleh pihak lain atau price setter). Di sisi lain price leadership sering
disebut sebagai bentuk kerjasama secara diam-diam di mana para oligopolis
memutuskan untuk menetapkan harga yang sama dengan pemimpin harga dalam
industri tersebut.
33. Oligopoly
(Oligopoli) :
Organisasi pasar di mana terdapat beberapa penjual untuk produk homogin
ataupun dengan diferensiasi.
34. Perfect Competition
(Persaingan Sempurna :
Bentuk organisasi pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan
sejumlah besar pembeli, sehingga tindakan seorang individu tidak dapat
mempengaruhi harga barang, produknya homogen, terdapat mobilitas yang sempurna
dari faktor produksi dan konsumen mempunyai pengetahuan secara sempurna
mengenai harga barang sekarang dan akan datang.
35. Pure Monopoly
(Monopoli Murni) : Bentuk
organisasi pasar di mana hanya terdapat satu penjual (perusahaan tunggal) yang
menjual barang tanpa adanya barang susbstitusi yang sempurna.
36. Monopolistic Competition
(Persaingan Monopolistik) : Bentuk organisasi pasar di mana terdapat
banyak perusahaan yang menjul produk dengan diferensiasi. Dalam bentuk pasar
ini, banyak perusahaan yang masing-masing menguasai konsumen setia kepadanya
37. First Degree Price Discrimination
(Diskriminasi Harga Tk I) :
Penetapan harga yang berbeda-beda sehingga untuk seorang pembeli
ditetapkan satu harga. Cirinya jika seluruh bagian surplus konsumen diambil
oleh pihak produsen monopolistis. Pada setiap konsumen selalu diusahakan untuk
dikenakan harga tertinggi (penjual bertindak ceiling price). Misalkan
penjual di stasiun kereta api dan terminal bus, pedagang souvenir di malioboro
dan pedagang kaki lima di tempat-tempat
rekreasi lainnya. Tingkat dikriminasi TK I ini dikenal sebagai diskriminasi
yang paling sempurna sehingga dapat dianggap paling jahat secara
sosial-ekonomi.
38. Second Degree Price Discrimination
(Diskriminasi Harga Tk II) :
Penetapan harga yang berbeda-beda sehingga lebih dari dua pembeli dan
berlaku harga yang berbeda. Cirinya tingkat harga menurun, harga per unit yang
lebih rendah untuk pembeli besar. Misalkan tarif PLN, Telpon, diskon
disupermaket.
39. Third Degree Price Discrimination
(Diskriminasi Harga Tk III) :
Penetapan harga yang berbeda-beda sehingga hanya ada dua tingkat harga
saja yang berbeda di pasar. Cirinya pembeli berbeda kelas, maka berbeda harga
untuk produk yang sama. Misalkan tarif angkot untuk Mahasiswa/Pelajar dan
Umum/non Mahasiswa.
40. Cost-Plus Pricing
(Penetapan Harga) :
Perumusan harga sedemikian rupa sehingga harga sama dengan biaya
rata-rata plus tambahan sekian persen darinya (markup).
41. Markup
(Rasio Perumusan Harga) :
Rasio atau persentasae biaya variabel rata-rata dalam perumusan harga
yang didasarkan pada biaya rata-rata plus tambahan tertentu sebagai jaminan
keuntungan perusahaan di tengah minimnya informasi untuk merumuskan harga
melalui prosedur normal, maka cara yang normal adalah (cost-plus pricing).
0 komentar