[MATERI AGRIBISNIS] RUANG LINGKUP AGRIBISNIS
6:58:00 PM
Pengertian
dan Ruang Lingkup Agribisnis
Agribisnis
itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi
dan peralatan pertanian; sub-sistem usaha tani; sub-sistem pengolahan atau
agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik
maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta
sub-sistem pembinaan. Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini
terletak pada lemahnya keterkaitan sub-sistem tersebut. Apa yang terjadi di
lapangan adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri. Agar
pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitan
antarsub-sistem bertambah kuat maka diperlukan dukungan sumberdaya alam (SDA)
dan sumber daya manusia (SDM). Penekanan pada SDA terletak pada bagaimana
menerapkan sistem agribisnis yang memperhatikan aspek keberlanjutan
(sustainibility). Penekanan pada SDM terletak pada bagaimana meningkatkan
kualitas SDM di berbagai sektor kegiatan sistem agribisnis.
Pentingnya
Memahami Wawasan Agribisnis
kita akan
membahas ‘Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis’ dalam arti mengapa perlu
agribisnis dalam pembangunan pertanian? Pengalaman menunjukkan bahwa
pembangunan yang berwawasan agribisnis ini mampu:
- meningkatkan
pendapatan produsen;
- meningkatkan
penyerapan tenaga kerja;
- meningkatkan
perolehan devisa; dan
- menambah
jumlah agroindustri baru.
Untuk itu
pengalaman juga menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan didukung oleh
strategi pertanian tangguh. Petaninya, pembinanya dan lembaganya harus tangguh.
Ini artinya SDM dan lembaga pendukungnya (agrisupport activities) harus
tangguh.
Kondisi lain
yang mendukung keberhasilan pembangunan pertanian tersebut adalah karena
kondisi agroklimat yang ada sangat menguntungkan dan kemauan politik pemerintah
juga sangat mendukung. Walaupun demikian di sana-sini masih banyak kekurangan.
Ini dapat dibuktikan dari produktivitas (produksi per hektar) komoditas yang
sama dari yang dihasilkan oleh negara lain. Ini lazimnya lebih dikenal dengan
istilah kalah bersaing.
Kondisi
kalah bersaing pada masa mendatang dalam era globalisasi atau era GATT, maka
hal tersebut akan lebih serius lagi. Oleh karena itu upaya-upaya untuk
meningkatkan daya saing perlu terus ditingkatkan lagi.
Untuk
meningkatkan daya saing ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
dengan penggunaan teknologi baru, melakukan efisiensi di segala bidang agar
biaya produksi dapat ditekan, produksi dapat ditingkatkan dan keuntungan yang
lebih besar dapat diraih. Juga melaksanakan usahanya dengan sentuhan-sentuhan
sistem agribisnis, sebab dengan sentuhan sistem agribisnis maka keuntungan akan
lebih besar lagi. Untuk mengawali peningkatan daya saing itu perlu diberikan
prioritas pada komoditas unggulan.
Keterkaitan
Pelaku Ekonomi Agribisnis
Pelaku
ekonomi atau yang lazim disebut pula dengan ‘dunia-usaha’ terdiri dari BUMN,
Swasta dan Koperasi. Pembagian seperti ini tentunya tergantung dari kebutuhan,
namun pembagian ‘dunia usaha’ menjadi BUMN, Swasta dan Koperasi adalah lazim
digunakan dalam terminologi yang ada. Ketiga pelaku ekonomi ini saling bekerja
sama satu sama lain menurut kepentingannya masing-masing.
Hal ini
disebabkan baik BUMN, Swasta maupun Koperasi mempunyai kekuatan dan kelemahan
masing-masing. Karena itu mereka saling membutuhkan satu sama lain. Begitu pula
halnya dengan usaha pengembangan agribisnis, ketiga pelaku ekonomi ini saling
bekerja sama menurut kepentingannya masing-masing.
Agribisnis sebagai Suatu Pendekatan
Agribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan
yang utuh. Sistem ini terdiri dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana
produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan
lebih lanjut agar empat subsistem dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
dua subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur dan subsistem pembinaan.
Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan
koordinasi dari berbagai pendekatan pembangunan pertanian. Profesor Mosher
dengan pendekatan lima prinsip utama, Soekartawi dengan RTIC-endowment, Schultz
dengan konsep traditional agrivulture dan sebagainya.
Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka
diperlukan penciptaan kondisi yang kondusif yang memadai di pedesaan atau di
daerah di mana agribisnis tersebut dilaksanakan. Kondisi kondusif ini antara
lain adalah
- tersedianya
komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan;
- adanya
wirausaha dan kemitraan dan
- kondisi
lain yang mendukung.
Faktor
Strategi yang Perlu Diperhatikan
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agribisnis adalah faktor strategik
yang komponennya terdiri dari:
- Lingkungan
strategik dalam dan luar negeri;
- Permintaan;
- Sumberdaya
alam dan manusia; dan
- Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Pentingnya
Sektor Pertanian Sebagai Penyedia Pengan dan Gizi
Berbagai
cara telah dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui program diversifikasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Diversifikasi horizontal pada
dasarnya adalah penganekaragaman macam tanaman dan diversifikasi vertikal pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai tambah. Intensifikasi dilaksanakan
melalui berbagai program BIMAS, INMAS, INSUS atau OPSUS. Ekstensifikasi
dilakukan melalui program perluasan areal apakah mencetak sawah baru atau
melakukan tanaman di lahan yang semula tidak ditanami. Kemudian program
rehabilitas khusus rehabilitasi infrastruktur (irigasi misalnya) dilakukan
untuk mendukung program peningkatan produksi.
Peningkatan
swasembada pangan memang diutamakan beras dan polowijo khususnya jagung dan
kedelai. Karena itu pulalah dikenal program intensifikasi palawija jagung dan
kedelai. Namun demikian bukan berarti program peningkatan produksi komoditas
yang lain diabaikan begitu saja. Program peningkatan produksi non beras, jagung
dan kedelai tetap pula dilaksanakan. Hal ini senada dengan semakin meningkatnya
konsumsi karbohidrat, protein dan nabati yang disebabkan oleh semakin tingginya
pendapatan per kapita dan semakin meningkatnya kesadaran akan kecukupan pangan
dan gizi (Perhepi, 1989).
Sektor
Pertanian Sebagai Penyedia Lapangan Kerja
Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian menyerap sekitar 49% dari angkatan
kerja yang ada. Sebagian besar (75%) dari angkatan kerja di sektor pertanian
ini tidak sekolah, sekolah tetapi tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan hingga
tamat SD saja. Oleh karena itu dapat dimengerti kalau produktivitas kerjanya
relatif rendah. Dari jumlah tersebut sebagian besar berada di subsektor tanaman
pangan dan hortikultura.
Di samping
penyerapan tenaga kerja yang begitu besar di sektor pertanian, maka pertumbuhan
penyerapan kerjanya juga paling rendah yaitu sebesar 2,08%/tahun dalam periode
1980-1990. Jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan penyerapan
kerja di sektor industri dan perdagangan atau angka rata-rata nasional
sekalipun.
Bentuk
partisipasi tenaga kerja di sektor pertanian sangat tergantung dari tanaman
yang diusahakan dan beban kerja yang dilaksanakan. Oleh karena itu maka
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja lazimnya adalah macam
tanaman yang diusahakan, beban kerja dikegiatan yang ditawarkan, luas areal,
upah, teknologi, pria atau wanita, keterampilan (pengetahuan/pendidikan) dan
sebagainya.
Sektor
Pertanian Sebagai Penghasil Devisa
Ternyata
selama beberapa tahun terakhir ini nilai ekspor pertanian meningkat terus. Begitu
pula ekspor hasil olahan. Namun karena perkembangan nilai ekspor sektor ekonomi
yang lain, khususnya sektor industri meningkat secara tajam, maka secara
relatif (persentase), perkembangan ekspor hasil olahan produk pertanian
tersebut menjadi menurun.
Para
pengamat masih melihat adanya prospek yang tetap cerah pada ekspor hasil
pertanian dan hasil olahannya pada masa mendatang. Namun bukan berarti hal
tersebut tidak dijumpai tantangan. Akan diberlakukannya GATT dan semakin
majunya perkembangan ekspor hasil pertanian dan hasil olahan negara lain, juga
akan menjadikan persaingan pasar produk pertanian menjadi semakin meningkat.
Oleh karena itu perlu ada upaya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian
antara lain melalui peningkatan kualitas, penyediaan bahan baku industri
pertanian dalam jumlah cukup dan kontinu, penggunaan teknologi yang semakin
modern dan terus mencari peluang pasar.
Sektor
Pertanian Sebagai Sumber Pendapatan
Kegiatan di
sektor pertanian memang mampu berperan meningkatkan pendapatan petani.
Indikatornya pertanian antara lain meningkatnya produktivitas pertanian,
banyaknya orang yang bekerja di sektor pertanian, nilai produksi yang secara
absolut meningkat terus dan pendapatan petani yang juga terus meningkat dari
waktu ke waktu.
Pentingnya
Input (Sarana Produksi Pupuk, Bibit estisida, Tenaga Kerja dan Peralatan)
Sarana
produksi pertanian lazimnya terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan
tenaga kerja. Kata lain sarana produksi adalah input. Input ini diperlukan
untuk memperoleh output (produksi). Besar-kecilnya output sangat tergantung
dari input. Jadi hubungan input-output dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ………………, Xi, ……………….., Xn)
di mana Y = output dan X = input.
Penggunaan
sarana produksi diusahakan seefisien mungkin. Ada tiga macam efisiensi dalam
suatu usahatani, yaitu efisiensi teknis, efesiensi harga dan efisiensi ekonomi.
Jadi problem dalam usahatani adalah bagaimana mencapai efisiensi ini (efisiensi
ekonomi) agar diperoleh keuntungan yang tinggi.
Banyak-sedikitnya
penggunaan input, sangat tergantung dari macam tanaman, agroklimatnya, lahan,
tinggi tempat dan sebagainya. Tiap tanaman memerlukan dosis input yang
berbeda-beda. Untuk itu petani yang belum memahaminya, disarankan mencari
informasi kepada penyuluh pertanian.
Prinsip-Prinsip
Ekonomi Penggunaan Input (Sarana Produksi)
Prinsip-prinsip
ekonomi pada fungsi produksi pada dasarnya bagaimana memasukkan variabel harga
pada karakteristik fungsi tersebut. Misalnya pada saat mencari efisiensi penggunaan
input. Efisiensi ini salah satunya adalah efisiensi harga atau ada pula yang
menyebutkan efisiensi alokatif yang dinyatakan dengan kondisi nilai produk
marjinal input X, (NPMx) sama dengan harga input X (Px). Jadi NPMx = Px
Untuk
mencari dan mencapai kondisi seperti ini memang tidak mudah. Oleh karena itu
perlu diteliti terlebih dahulu kaitan produk total, (PT),produk marjinal (PM)
dan produk rata-rata (PR) untuk mencari di mana dan berapa alokasi input agar
diperoleh Elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep>1)
Hubungan
Input Output
Fungsi
produksi pada dasarnya adalah hubungan (fisik) antara output dan input.
Hubungan ini dapat dituliskan sebagai Y = f (X). Jadi Y adalah variabel
dependen (variabel yang dijelaskan) dan X adalah variabel independen (variabel
yang menjelaskan).
Macam fungsi
produksi pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu linear dan non-linear. Bagaimana
memilih fungsi produksi yang baik tergantung dari karakteristik data yang
tersedia. Dengan demikian penelitian perlu menguji data yang akan dipakai
dengan teknik membuat scatter diagram dari Y dengan masing-masing variabel yang
akan menjelaskan Y.
Pemilihan
model fungsi produksi yang terbaik sangat tergantung dari the goodness of fit
dari fungsi produksi tersebut. Oleh karena itu peneliti perlu mengetahui asumsi
dan beberapa kelemahan fungsi produksi yang ada.
Mengalokasikan
Input Secara Efisien
Usahatani
pada dasarnya adalah alokasi sarana produksi yang efisien untuk mendapatkan
produktivitas pendapatan usahatani yang tinggi. Jadi usahatani dikatakan
berhasil kalau diperoleh produktivitas yang tinggi dan sekaligus juga
pendapatan yang tinggi. Untuk mencapai kondisi seperti itu maka penyediaan
input harus tepat jumlah dan tepat waktu serta petani dapat melakukan
usahataninya secara baik. Dengan demikian usahatani dikatakan berhasil bila
usahatani tersebut mendapat dukungan sumber daya alam dan manusia yang memadai
dan suplai sarana produksi yang memadai pula.
Kondisi
seperti itu dapat dicapai dengan pancausahatani yaitu (1) melakukan pengolahan
lahan yang baik; (2) memakai pupuk yang baik dan benar; (3) menggunakan bibit
unggul; (4) melakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan cara pemberantasan
hama penyakit terpadu atau integrated pest management dan (5) melaksanakan
irigasi secara baik pula. Karena banyak produksi yang hilang dan karena petani
kurang mengetahui pasar; maka ada dua hal lagi yang perlu dikuasai petani yaitu
post harvest technology (pengolahan) dan marketing (pemasaran).
Bila
usaha-usaha tersebut sudah dilakukan dan sudah disertai dengan berbagai macam
penyuluhan, maka usahatani yang efisien akan dapat dicapai.
Biaya
Penerimaan dan Keuntungan Usaha Tani
Keuntungan
usahatani atau sering disebut pendapatan usahatani dihitung dengan cara total
penerimaan dikurangi total biaya. Total penerimaan adalah produksi dikalikan
harga. Karena di dalam praktik petani menjual lebih dari satu kali, dengan
harga yang berbeda-beda, maka data tentang ini perlu dihitung secara cermat.
Biaya
produksi dibedakan menjadi biaya usahatani yang tetap (fixed cost) dan biaya
usahatani yang tidak tetap (variable cost). Begitu pula karena petani
membelinya tidak sekaligus, maka perlu kecermatan di dalam menggali data ini.
Perhitungan
data biaya, penerimaan dan keuntungan usahatani perlu dihitung persatuan luas.
Lazimnya untuk ukuran luas adalah per-hektar.
Analisis
Usaha Tani
Analisis
usahatani dilakukan untuk melihat apakah suatu usahatani itu menguntungkan atau
tidak. Alat yang dipakai untuk menghitung keuntungan ini adalah data yang
membentuk total penerimaan dan total biaya. Kemudian alat analisis seperti R/C,
B/C, NPV atau IRR dapat dipakai untuk mengukur keuntungan usahatani tersebut.
Justifikasinya adalah bila R/C > 1 (dapat 1,5 atau 2,0 tergantung
alasannya); B/C > 1, NPP = positif dan IRR lebih besar dari tingkat bunga.
Faktor Yang
Perlu Diperhatikan
Setiap
proses pengolahan produk pertanian (agroindustri), akan berbeda satu sama lain,
tergantung dari ciri produk pertanian yang dijadikan sebagai bahan baku. Namun
secara umum, faktor yang mempengaruhi prosesing produk pertanian ini adalah
masalah SDM; keadaan input atau bahan baku dan hal lain yang berkaitan dengan
alat dan bahan. SDM perlu tersedia bukan saja kuantitasnya tetapi juga
kualitasnya seperti yang diperlukan dalam agroindustri tersebut. Kemudian yang
berkaitan dengan input (bahan baku) adalah tergantung dari tersedianya input,
kontinuitas tersedianya input, kualitas input dan harga input. Selanjutnya
tentang alat dan metode sangat tergantung dari skala perusahaan yang ada. Makin
modern usaha agroindustri, maka makin kompleks atau makin modern alat dan
metode yang digunakan.
Mengembangkan
Produk Olahan (Produk Agroindustri)
Produk
agroindustri tidak selalu berbentuk fisik seperti kripik pisang; teh kotak,
juice sirsat dan sebagainya; tetapi ada yang tidak berbentuk fisik seperti jasa
agroindustri (konsultan), bantuan organisasi, ide dan sebagainya. Sedangkan
produk agroindustri yang berbentuk fisik yang bahan bakunya diperoleh dari
produk usahatani, maka produk agroindustri tersebut dinamakan produk sekunder
(produk olahan).
Sebaliknya
bila produk usahatani langsung dijual ke pasar, maka produk tersebut dinamakan
produk primer. Kapan suatu produk pertanian dijual dalam bentuk produk primer
atau sekunder tergantung dari ciri produk tersebut. Pengolahan produk primer ke
produk sekunder, utamanya dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah. Bila ada
nilai tambah yang lebih tinggi, maka keuntungan usahatani akan lebih besar
lagi.
Produk
agroindustri yang dihasilkan dari proses pengolahan sangat tergantung dari
tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu; kualitas dan harga. Sedangkan
pengembangan produk agroindustri sangat tergantung dari permintaan pasar atau
permintaan konsumen. Perubahan yang ada di pihak konsumen apakah itu selera,
tingkat pendapatan konsumen dan jumlah konsumen yang semakin bertambah adalah
menentukan volume produk agroindustri yang dijual ke pasar. Kadang-kadang bukan
volume yang bertambah tinggi tetapi juga tuntutan kualitas produk yang juga
menaik.
Bila pasar
sudah jenuh, maka perlu strategi penetrasi pasar. Tujuannya untuk meningkatkan
jumlah barang agroindustri yang dijual, misalnya melalui promosi yang lebih
intensif lagi. Kalau strategi ini tidak membawa hasil, maka perlu dilakukan
strategi pengembangan pasar. Artinya, produk agroindustri yang sama dijual di
pasar yang lain atau di tempat yang baru. Karena di tempat yang baru tersebut
produk agroindustri ini belum dikenal, maka perlu ada intensifikasi promosi
yang lebih gencar.
Bila saja
dua macam strategi itu sudah tidak mampu lagi menaikkan omzet penjualan, maka
produk agroindustri tersebut perlu ditinjau kembali. Mengapa produk tersebut
tidak mampu bersaing di pasaran? Di sini diperlukan strategi pengembangan
produk atau strategi diversifikasi vertikal. Artinya produk yang dijual dengan
perlakuan yang berbeda. Misalnya teh kotak isi 350 ml; 500 ml; 650 ml; 750 ml;
dan 1000 ml (1 liter). Atau bentuk kemasan diubah sedemikian rupa sehingga
lebih menarik pembeli; atau warna kemasan diubah; atau label tulisan diganti
yang semuanya itu agar dapat memikat pembeli.
Kalau ketiga
strategi ini sudah kurang atau tidak mampu lagi menaikkan penampilan pasar
produk agroindustri tersebut, maka strategi terakhir adalah melakukan
diversifikasi produk. Jadi perusahaan tidak menjual teh kotak saja, tetapi juga
sirsat, kelapa, jeruk, jambu, blimbing dan sebagainya,. dalam bentuk juice.
Karena ini produk baru, maka perlu promosi yang lebih intensif lagi.
Relevansi
Pengolahan Hasil dan Pemasaran
Produk yang
dihasilkan oleh suatu proses pengolahan mengikuti perubahan yang ada pada
konsumen. Untuk itu perlu ada penelitian konsumen baik itu perubahan pada
selera atau lainnya.
Setiap
perubahan konsumen akan menentukan produk yang akan dihasilkan. Perubahan
harga, tempat penjualan dan strategi promosi (pro-duct, price, place dan
promotion atau strategi 4-P). Teori pemasaran modern strategi 4-P ini sudah
berubah sesuai dengan pasar yang ada misalnya apakah ada kekuatan (power)
sehingga power tersebut akan mempengaruhi market structure, market conduct dan
market performance (struktur pasar, pelaksanaan pemasaran dan penampilan
pasar).
Oleh karena
itu pemasaran itu bersifat dinamis, berubah setiap saat dan itu perlu
diantisipasi oleh processing (pengolahan produk). Bila pengolahan produk
berubah itu artinya cara dan bahannya juga berubah dan perubahan ini berarti
perubahan biaya juga.
Arti dan
Fungsi Pemasaran
Kegiatan
pemasaran adalah salah satu sub-sistem dari agribisnis. Oleh karena itu dalam
melakukan usaha di bidang pertanian, maka aspek pemasaran harus sudah masuk
dalam pertimbangan. Banyak argumen yang berbeda dalam mengartikan pemasaran,
tetapi pada umumnya bermakna sama, yaitu ‘penyampaian barang, jasa dan ide
(gagasan) dari produsen ke konsumen untuk memperoleh laba dan kepuasan yang sebesar-besarnya’.
Kegiatan
pemasaran bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan kegiatan yang lain. Seperti kegiatan usahatani (kegiatan produksi) dan
distribusi. Dalam praktiknya, kegiatan pemasaran melibatkan lembaga pemasaran
yang ada dan melibatkan peran konsumen (pembeli barang). Bahkan akhir-akhir ini
banyak teori pemasaran yang justru dalam pembahasannya lebih banyak ditekankan
pada peran konsumen ini. Apakah perannya sebagai pembentuk harga, perannya
dalam membeli barang dan sebagainya.
Bagi
produsen, pemasaran ini merupakan variabel yang di luar jangkauannya (exegenous
variable). Produsen tidak mampu menguasai pasar secara utuh, karena pemasaran
merupakan kegiatan tarik-menarik antara produsen-konsumen atau antara penawaran
dan permintaan. Sayangnya yang memenangkan tarik-menarik tersebut adalah
konsumen. Jadi kalau posisi produsen lemah, maka harga produksi akan
dikendalikan oleh konsumen.
Untuk itu,
produsen perlu memperkuat bargaining power (kekuatan menawar harga) misalnya
dengan cara menjual produksi secara berkoperasi atau membuat kontrak jual-beli
dengan pihak lain.
Lembaga
Pemasaran
Lembaga
pemasaran adalah institusi yang terlibat dalam kegiatan penyampaian barang,
jasa dan ide dari produsen ke konsumen. Banyak-sedikitnya lembaga pemasaran
yang terlibat dalam proses pemasaran disebabkan oleh banyak hal antara lain
macam komoditas yang diperdagangkan, lokasi, volume, derajat risiko, dan
sebagainya. Bila lembaga pemasaran itu bertindak terlalu aktif sehingga
posisinya menekan produsen (petani), maka persentase penerimaan yang diterima
produsen menjadi relatif rendah. Oleh karena itu, peran lembaga pemasaran dan
petani perlu saling menguntungkan satu sama lain; sehingga tidak ada yang
dirugikan. Sebab bagaimanapun juga lembaga pemasaran ini sangat diperlukan bagi
petani untuk menjual barangnya. Bila kerja sama antara produsen dengan petani
berjalan sangat rapi, maka persentase yang diterima petani dapat lebih baik dan
lembaga pemasaran menerima keuntungan secara wajar juga.
Saluran
Pemasaran
Saluran
pemasaran diperlukan untuk mengukur efisiensi pemasaran, menambah omzet
penjualan, memudahkan promosi, memudahkan negosiasi dan meningkatkan kontrak
bisnis dengan para partner dagang. Bentuk saluran dapat sederhana sampai
kompleks. Hal ini disebabkan oleh karakteristik produk pertanian yang spesifik,
musiman, mudah rusak, seringkali dipasarkan dalam keadaan segar dan karenanya
harus dipasarkan dalam waku yang cepat.
Dengan
mengetahui saluran pemasaran, maka distribusi marjin (keuntungan) pemasaran
dapat dihitung dan selanjutnya efisiensi pemasaran dapat diketahui.
Prasarana
Fisik
Prasarana
dapat dikategorikan sebagai prasarana fisik dan non-fisik. Prasarana fisik,
seperti yang dijelaskan di modul ini antara lain telepon, transportasi (jalan
darat dan air), air dan listrik. Semakin baiknya prasarana dapat berakibat
positif dan negatif. Prasarana yang semakin baik akan mendorong semakin
tingginya aktivitas ekonomi daerah, pembangunan pertanian semakin lancar dan
keuntungan petani semakin meningkat yang disebabkan oleh biaya semakin dapat
ditekan. Dampak negatif antara lain, barang-barang ‘modern’ masuk desa dan
petani menjadi cenderung konsumtif dengan barang-barang kota tersebut. Namun
masih ada lagi dampak negatif lain yang tidak dijelaskan di modul ini.
Prsarana Non
Fisik
Prasarana
non-fisik ini juga berperan tidak kalah pentingnya dengan prasarana fisik.
Lembaga penyedia sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan),
lembaga kredit, lembaga penyuluhan dan lembaga yang mau membeli produk
pertanian sangat diperlukan dalam proses produksi. Tujuannya adalah membantu
petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. Sayangnya prasarana
non-fisik ini tidak di semua tempat berjalan seperti yang diharapkan.
Memanfaatkan
Prasarana Semaksimal Mungkin
Prasarana
diakui penting dalam mendukung kegiatan agribisnis. Tetapi kerja dari
masing-masing prasarana harus rapi, harus padu dan lainnya saling mendukung dan
saling siap. Untuk itulah perlu koordinasi dalam melaksanakan kegiatan agribisnis
dan perlu ada perencanaan kegiatan agribisnis yang jelas.
Pembinaan
Standardisasi dan Akreditasi
Selanjutnya
akan kita tengok tentang pembinaan standarisasi dan akreditasi dari kegiatan
agribisnis. Pembinaan ini menjadi penting karena dalam era-globalisasi dituntut
keterbukaan, ketelitian, kemampuan bersaing, dan sebagainya. Oleh karena itu
proses produksi harus jelas agar semua pihak baik produsen atau konsumen tidak
dirugikan. Untuk itu pulalah maka Badan Agribisnis (1995) telah menetapkan
tujuan dari diadakannya pembinaan standarisasi dan akreditasi ini, yaitu:
- Meningkatkan
efisiensi produksi.
- Meningkatkan
produksi dan pendapatan petani.
- Menciptakan
iklim usaha yang sehat.
- Meningkatkan
daya saing.
- Melindungi
konsumen.
- Melancarkan
jalannya aktivitas pemasaran.
- Mendorong
berkembangnya investasi, dan
- Membantu
kelestarian alam.
Pembinaan
Pemgenbangan dan Informasi Pasar
Pada era
globalisasi seperti sekarang ini, peran informasi menjadi amat penting, baik
untuk kepentingan sistem produksi, konsumsi maupun distribusi. Dengan
penguasaan informasi yang lengkap, maka agribisnis akan berjalan lebih efisien
dan kompetitif. Dengan demikian para pelaku agribisnis akan lebih diuntungkan.
Bahkan kini banyak orang menganggap informasi itu seperti halnya suatu komoditi
yang dapat diperjualbelikan. Dengan demikian, maka suatu informasi mempunyai
nilai atau harga dan harga itu sangat ditentukan oleh tarik-menarik antara
ketersediaannya informasi dan kebutuhan informasi tersebut.
Pembinaan
Usaha dan Hubungan Kelembagaan
Disadari
bahwa keterkaitan antara pelaku sistem agribisnis relatif lemah. Hal ini
terjadi karena kurangnya penguasaan pasar (baik bagi konsumen maupun produsen),
sehingga sering terjadi distorsi pasar. Itulah sebabnya mengapa harga produk
pertanian sering berfluktuasi.
Karena
itulah diperlukan pembinaan usaha (baik bagi petani maupun pembeli hasil
pertanian) agar usahanya itu dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing
di pasaran. Begitu pula karena banyaknya dan kompleksnya lembaga yang terlibat
dalam kegiatan agribisnis, maka untuk tujuan efisiensi, diperlukan pembinaan
terhadap hubungan kelembagaan para pelaku agribisnis ini.
Pembinaan
Pemgenbangan dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
Investasi
adalah penting bagi peningkatan pembangunan. Oleh karena itu iklim investasi
yang kondusif dan menguntungkan perlu diciptakan. Ini berarti kebijakan tentang
investasi yang kondusif perlu diteruskan. Investasi berkaitan dengan bunga
bank, oleh karena itu kebijakan soal bunga Bank perlu mendapatkan perhatian.
Investasi
tidak boleh merusak lingkungan. Olehmod karena itu kebijakan soal ini juga
perlu diperhatikan. Sebab investasi yang merusak lingkungan akan merugikan
pemanfaatan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Karena itulah
diperlukan pembinaan pengembangan investasi dan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan
0 komentar