[MATERI SEJARAH EKONOMI] PEMIKIRIAN EKONOMI NEOKLASIK
7:45:00 PM
Perintis Analisis Marjinal
1.
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam
teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai
tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal
(marginal utility). Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu
Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian
disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas
barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum
Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis
barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan
teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah
yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat
kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka
tercakup sekaligus teori distribusi.
3. Pemikiran yang
sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum
melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi
keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi
dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah
modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan
selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka
terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Teori Produktivitas Marjinal
1. Dasar pemikiran
mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila
dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik.
Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut
perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan
telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum
beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
2. Pertentangan
pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber
inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi
fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara
langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah
tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil.
Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
3. Penggunaan
pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi
semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga
bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini
dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini
merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada
saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi
proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi
terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata
sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return
to scale.
4.
Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm
Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan
bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai
pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada
masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh
produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium
atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi,
Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang
dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula
terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan
investasi. Fisher memberi
sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of
return over cost.
Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi
Neoklasik
1. Sumbangan yang
paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis
antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya,
bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya
dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung
sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan.
Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi
ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam
analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka
pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi
lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred
Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis
ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan
matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya.
Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku
Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau
cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3.
Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien
barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai
koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu.
Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi
permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert
Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan
permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh
Slurtky.
4. Marshall menemukan surplus konsumen.
Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen
keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya
membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang
dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka
kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi,
terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat.
Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan
meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan
atau industri.
5. Mekanisme
permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap
usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat
harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu
terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika
variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga
menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
1. Inti pemikiran
Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam
perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi
tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka
Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan
masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi
menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan
ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2. Revolusi
perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup
pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam
metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen
melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga
diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan
sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan
pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori
konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna
ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi
adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi.
Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal,
tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai
oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4.
Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh
ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari
disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong
berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan
pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak
Produktif
1. Mitchell seorang
ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai
pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya,
bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik.
Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi
ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam
penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan
deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi
kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis.
Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi
pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni
resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2. John R. Commons
seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di Universitas Wisconsin. Commons
mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi
pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi
perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada
lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi
kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga
dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar
ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi
tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik
kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi
tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3. Pandangan
pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada
tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat
menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks,
distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk
menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak
disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang
timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di
dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru.
Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full
employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas.
Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan
cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang
tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong
peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi
dari resesi.
Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
1. Pemikiran yang
paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang
terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru,
maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang
statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun
gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau
kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin.
Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia
memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana
terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas
yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan
esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2. Pemikiran Gunnar
Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan
pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di
negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi
persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks,
oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang
sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu
meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan
semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni
sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik,
ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang
merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
3. John
Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak
sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi
ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak
sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera
konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul
dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang
profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat.
Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran
lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh
barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol
oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan
lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan
perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Sumber Buku Sejarah Teori-teori
Ekonomi Karya Disman
0 komentar