PENENTUAN TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL
8:29:00 PM
PENENTUAN TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL
Sampai saat ini kita baru
membicarakan pendapatan nasional dari segi perhitungannya, tetapi belum
mempelajari apa yang menentukan tingginya pendapatan nasional itu sebelum kita
mempelajari penentuan tingkat pendapatan nasional. Pengertian pendapatan
nasional perlu kita sederhanakan terlebih dahulu, yaitu kita menganggab bahwa
penyusutan, pajak tidak langsung, pembayaran transfer oleh perusahaan dan
subsidi dari pemerintah. Semuanya tidak ada atau sama dengan nol ini berarti
Produk Nasional Bruto (PNB) sama dengan Produk Nasional Neto (PNN) dan sama
dengan Pendapatan Nasional (PN). Telah kita ketahui bahwa Produk Nasional Bruto
di pakai untuk keperluan rumah tangga (C), investasi sektor perusahaan (I), pengeluaran
pemerintah (G) dan ekspor neto ke luar negeri (y-m) atau kita dapat
menyatakannya sebagai y = C + I + G + (y – m), dimana y adalah PNB. Dari
sisi lain produk nasional bruto dipakai untuk keperluan konsumsi (C), di tabung
(S), pembayaran pajak (T) dan pembayaran transefer (T) atau dapat ditulis
sebagai y = C + S + Tx + Tr .
Konsumsi dan Pendapatan Nasional
Kita lukiskan sumbu hari santai
untuk menunjukkan tingkat pendapatan nasional (y) dan sumbu Vertikal
menunjukkan tingkat konsumsi (C). Garis 450 yang berasal dari titik
asal (O) merupakan garis pertolongan yang menunjukan bahwa pada setiap titik
tingkat pendapatan nasional selalu sama dengan tingkat konsumsi.
Bentuk dari fungsi konsumsi adalah c
= a + by, yang berarti konsumsi merupakan fungsi dari tingkat pendapatn
nasional dan terdapat hubungan positif antara tingkat konsumsi dan tingkat
pendapatan nasional.
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
adalah nilai pendapatn nasional keseimbangan. Selanjutnya besarnya
tingkat konsumsi dapat dicari dengan mamasukkan nilai pendapatan nasional
tersebut ke dalam fungsi konsumsi.
Pendapatan nasional itu setelah
dikurangi dengan konsumsi (C), sisanya disimpan dalam bentuk tabungan
(S), berarti bahwa tabungan juga tergantung pada besarnya tingkat pendapatan
nasional. Dengan kata lain tabungan merupakan fungsi dari pendapatan nasional.
Fungsi tabungan itu dapat diturunkan sebagai berikut :
y = c + s
(3.1)
c = a +
by
(3.2)
Kemudian persamaan (3.1) dapat kita
tuliskan dengan memasukkan persamaan (3.2) sebagai berikut :
y = a + by + s, dan
s = y – a – by atau
s = -a + (1 –
b)y (3.3)
Persamaan (3.3) adalah fungsi
tabungan dengan -a sebagai inter cepenya adan (1 – b) sebagai lerengnya yang
kita sebut pula sebagai hasrat menabung. Bila kita ketahui sebuah fungsi
konsumsi c = 100 + 0,75y, maka kita akan dapat menghitung besarnya tingkat
konsumsi dan pendapatan nasional dalam keseimbangan (national income
equilibrium) sebagai berikut.
y = c, nilai c kita subsidikan sehingga
y = 100 + 0,75y
0,75y = 100
y = 400
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
adalah nilai pendapatan nasional keseimbangan besarnya tingkat konsumsi dapat
dicari dengan masukan nilai pendapatan nasional tersebut kedalam fungsi
konsumsi.
c = 100 + 0,75 (400)
= 400
Tingkat pendapatan nasional
keseimbungan dengan fungsi konsumsi yang sama c = 100 + 0,75y, sebelum ada
investasi tingkat keseimbangan pendapat nasional kita yo = co
= 400, kemudian dengan adanya investasi lo = 10, tingkat pendapatan
nasional yang baru akan meningkat kita mulai dengan identitas kesamaan berikut.
y1 = c + 1
y1 = 100 + 0,75y + 10
0,75 y1 = 110
y1 = 440
Investasi meningkatkan pendapatan
nasional keseimbangan. Secara umum keadaan keseimbangan dengan adanya konsumsi
dan investasi yaitu keseimbangan pendapatan nasional naik dari yo ke
y1. Perubahan dalam pemintaan agregrat tidak hanya terjadi karena
perubahan investasi, tetapi juga di mungkinkan sebagai akibat perubahan tingkat
konsumsi.
Ke seimbangan pendapatan nasional
dapat kita ketahui dengan menggunakan pendekatan tabungan dan investasi, yaitu
melalui pengertian bahwa keseimbangan pendapatan nasional itu tercapai bila
tingkat tabungan sama besarnya dengan tingkat investasi. Tabungan itu merupakan
kebocoran dalam aliran pendapatan nasional sedangkan investasi merupakan
injeksi dalam aliran pendapatan nasional. Apabila kebocoran sama dengan
injeksi,maka pendapatan nasional akan seimbang. Hal ii dapat kita turunkan
sebagai berikut.
y = c = 1 dan
y = c + s maka
s = 1
Proses pengandaan bersifat simetris,
artinya naik dan turun sama sifatnya. Dapat kita simpulkan bahwa analisis
pengandaan itu memiliki 3 (tiga) kegunaan utama, yaitu :
1.
Suatu
perubahan dalam pengeluaran satuan pelaksanaan ekonomi mempunyai dampak yang
lebih besar di dalam perekonomian di banding dengan pengeluaran yang mula-mula.
2.
Kita akan
mengetahui efektif atau tidaknya tindakan yang di tempuh, entah itu kebijakan
moneter atau kebijakan fiscal.
3.
dengan memandingkan
angka pengganda yang di peroleh dari berbagai modal kita dapat memandingkan
pula implikasi dari masing-masing model yang bersangkutan.
Keseimbangan pendapatan nasional dan
investasi terpacu akan perubahan modal dimana investasi bersifat pengganda
investasi maupun angka pengganda konsumsi berubah menjadi lebih kecil, yaitu
sebesar.
|
K =
Dengan fungsi konsumsi yang sama c =
100 + 0,75y, besarnya investasi
l = 50, dan besarnya pengeluaran pemerintah G = 20, maka tingkat
keseimbangan nasional dapat di cari yaitu :
y = c + 1 + G
= 100 + 0,75y + 50 + 20
0,75y = 170
y = 680
Jadi dalam keadaan keseimbangan kita
mengetahui bahwa jumlah injeksi (l + G)
hraus sama dengan jumlah kebocoran (S) ternyata dari contoh diatas kita
menemukan bahwa injeksi l + G = 50 + 20 sama dengan jumlah kebocoran S = 70.
Apabila pemerintah menarik pajak
maka pendapatan nasional cendeung menurun dan kita pun dapat menentukan angka
pengganda pajak. Angka pengganda pajak (Ktx) diturunkan dengan cara
yang sama seperti dalam mencari angka pengganda G, dimana ;
|
Ktx =
Pajak dan Tingkat Keseimbangan Pendapatan
a.
Pajak Lump-Sum
Pajak di sini di asumsikan bersifat
eksogen dan fungsi pajak Tx = Txo, sehingga pajak seperti
ini disebut pajak Lump-Sum. Pajak akan menpengaruhi konsumsi sekarang
tergantung pada pendapatan sesudah pajak atau disposable income (yd
= y – Tx).
Keseimbangan tercapai bila penawaran
agregat sama dengan permintaan agregaf yaitu C + l + G = C + S + Tx
atau l + G = S + Tx yang berarti injeksi sama dengan
kebocoran. Bila di amsukkan yd akan turun dan konsumsi akan ikut
turun pula dan karena konsumsi merupakan konponen dari permintaan agregat maka
permintaan agregat juga akan turun. Akibatnya fungsi konsumsi dan
permintaan agregat bergeser ke bawah dan tingkat keseimbangan pendapatan
turun. Jadi dari analisis di atas terlihat bahwa kenaikan pajak mengakibatkan
penurunan dalam tingkat keseimbangan pendapatan nasional.
Contoh :
Tx = 20
C = 10 + 0,75yd
L = 50
G = 20
Dimana :
Tx : Pajak
Lump-Sum
C : Konsumsi
yd : Pendapatan
yang siap di belanjakan
G : Pengeluaran pemerintah
Tingkat keseimbangan pendapatan
adalah :
y = C + l + G
= 100 + 0,75 (y – 20) + 50 + 20
= 100 + 0,75 – 15 + 50 + 20
0,75y = 155
y = 620
b.
Pajak Proporsional
Fungsi pajak dapat dinyatakan
sebagai Tx = t . y, di manta merupakan proporsi pajak yang dinyatakan dalam
persentase. Dalam hal ini fisien pengganda permintaan agregat (C, l, G) akan
menjadi :
|
Dengan prosedur yang sama dalam
mencari angka pengganda
kita peroleh
:
|
K1 =
(a + l + G)
c.
APBN : Surplus Seimbang dan Defisit
Jadi pendapatan nasional justru akan
menurun sebesar 10 satuan dengan danya anggaran belanja surplus akan mengurangi
pendapatan nasional, tergantung pada besarnya Surplus APBN tersebut. Anggaran
belanja seimbang yaitu penerimaan Negara sama dengan pengeluaran atau belanja
Negara, maka akibatnya perekonomian hanya akan berkembang.
Saat ini kita telah melihatkan tiga
sector utama dalam analisis pendapatan nasional yaitu sector rumah tangga,
sector perusahaan dan sector pemerintah. Pda bagian ini kita masukkan sector
luar negeri. Oleh karena itu ekspor bersifat eksogen seperti halnya bersifat
endagen dan dapat di nyatakan sebagai, m = mo my, dimana :
m : Impor
mo : Impor minimal
m : Marginal propensity to
impor (hasrat mengimpor)
y : Pendapatan nasional
Lebih tepat lagi impor tidak hanya
pengaruhi oleh pendapatan nasional Negara yang bersangkutan tetapi juga dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya kurs valuta asing atau kursdevisa dan harga barang-barang
sejenis didalam negeri. Jadi secara umum dapat dinyatakan bahwa :
m = m (y, E, P) dimana :
E = kur devisa
P : tingkat harga barang sejenis
m dan y seperti diatas, masing-masing
menunjukkan impor dan pendapatan nasional.
0 komentar