[MATERI DASAR-DASAR ILMU SOSIAL] TOKOH TOKOH ILMU SOSIAL (PART 3)
7:25:00 PM
1.
Nama tokoh : Gossen
Pokok Pemikiran: Gossen memberikan sumbangan dalam pemikiran
ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I
menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang
diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan
pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen,
Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons
berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai
barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan
Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia
nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat
dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori
distribusi.
Relevansi : Teori tersebut sekarang masing
digunakan dalam ilmu ekonomi.
2. Nama tokoh : Walras
Pokok Pemikiran: Teori keseimbangan umum melalui empat
sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara
berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi.
Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga
kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen
tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan
yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi.
Relevansi : Teori tersebut sekarang masih digunakan.
3.
Nama tokoh : Alfred Marshal
Pokok Pemikiran:
1. Sumbangan yang
paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis
antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya,
bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya
dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung
sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan.
Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi
ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam
analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka
pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi
lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred
Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis
ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan
matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya.
Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku
Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau
cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3. Dalam pembahasan
sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat
terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama
dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah
yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek
barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu
penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap
barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian
diselesaikan oleh Slurtky.
4.
Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini
dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan
mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu
terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada
konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak
menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi
industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan
pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini
berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
5.
Mekanisme permintaan dan penawaran dapat
mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali
ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi
titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran
berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen,
terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan
menjadi tidak stabil.
Relevansi : Teori tersebut sekarang masih digunakan dalam ilmu ekonomi.
4.
Nama tokoh : Veblen
Pokok
Pemikiran:
1.
Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam
beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat
tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain
(seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap
gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran
ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas
daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2. Revolusi
perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup
pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam
metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen
melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga
diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan
sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan
pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori
konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna
ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi
adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi.
Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal,
tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai
oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4.
Selanjutnya
pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena
dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian,
pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan
Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan
terhadap pemikiran- pemikirannya.
Relevansi : Teori tersebut sekarang tidak digunakan.
5.
Nama tokoh : Mitchell
Mitchel adalah seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik.
Pokok Pemikiran: Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi,
logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah
menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian
empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan
mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya
dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari
keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba.
Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan
masa-masa makmur (boom).
0 komentar